Jakarta – Indonesia diprediksi akan menghadapi musim kemarau yang ekstrem mulai Agustus 2024, yang diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap produksi padi dan ketahanan pangan nasional. Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan adanya kekeringan yang akan mempengaruhi sejumlah daerah sentra produksi beras.

Arief menjelaskan bahwa berdasarkan proyeksi BMKG, wilayah-wilayah yang akan mengalami kekeringan terutama berada di provinsi-provinisi penghasil beras utama di Indonesia. Beberapa daerah yang diperkirakan akan terdampak kekeringan meliputi:

  • Sumatera Selatan: Berkontribusi sebesar 24,80% dari total produksi beras Pulau Sumatera yang mencapai 6,56 juta ton per tahun.
  • Jawa Timur: Menyumbang 32,17% dari keseluruhan produksi beras Pulau Jawa, yang mencapai 17,37 juta ton per tahun.
  • Nusa Tenggara Barat: Menghasilkan 51,39% dari total produksi beras di provinsi tersebut.
  • Sulawesi Selatan: Memiliki kontribusi signifikan sebesar 69,96% dari total produksi beras Pulau Sulawesi yang mencapai 4 juta ton per tahun.

Arief juga mengungkapkan bahwa meskipun data Kerangka Sampel Area (KSA) menunjukkan peningkatan produksi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya (Juni dan Juli), yaitu menjadi 2,66 juta ton dan 2,96 juta ton, proyeksi akhir tahun tetap menjadi perhatian serius. Setiap tahunnya, produksi padi cenderung menurun drastis pada akhir tahun, yang dapat memengaruhi kestabilan pasokan beras di pasar.

“Proyeksi kami menunjukkan adanya peningkatan produksi di bulan-bulan awal ini, namun kita harus waspada terhadap tren penurunan yang sering terjadi di akhir tahun. Ini menjadi perhatian utama pemerintah untuk memastikan bahwa ketersediaan beras tetap aman,” kata Arief dalam rapat koordinasi inflasi yang disiarkan oleh YouTube Kemendagri.

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah menyampaikan kekhawatirannya mengenai dampak kekeringan yang dapat memengaruhi produksi pangan. Dalam rapat koordinasi mengenai program pompanisasi dan optimalisasi lahan rawa, Amran menekankan pentingnya kesiapan penuh menghadapi ancaman ini. Dia mengingatkan bahwa periode kritis untuk pertanian akan terjadi pada bulan-bulan Agustus, September, November, dan Desember.

“Kita harus sigap menghadapi situasi ini. Kekeringan disebabkan oleh cuaca panas ekstrem atau El Nino yang masih berlangsung. Untuk itu, Kementerian Pertanian sedang melakukan berbagai upaya termasuk pengadaan pompanisasi untuk memastikan pasokan air di daerah-daerah yang mengalami kekeringan,” ujar Amran.

Kementerian Pertanian dan berbagai pihak terkait kini tengah mengoptimalkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kekeringan ini. Langkah-langkah tersebut meliputi pemantauan intensif terhadap kondisi cuaca dan produksi, peningkatan kapasitas infrastruktur irigasi, serta pengadaan alat-alat pompanisasi guna mengatasi kekurangan air.

Dengan berbagai upaya tersebut, pemerintah berharap dapat menjaga kestabilan stok beras dan memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga meskipun menghadapi tantangan besar dari musim kemarau yang ekstrem ini.


Senin, 05 Agustus 2024 10:58 0